Halaman

Jumat, 17 Oktober 2014

Pengertian Ekonomi dan Pengaruh Ekonomi

Ekonomi Internasional



Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ekonomi internasional adalah ilmu ekonomi yang membahas akibat saling ketergantungan antara negara-negara di dunia, baik dari segi perdagangan internasional maupun pasar kredit internasional. Sumber energi Amerika Serikat, misalnya, sangat bergantung pada produsen luar negeri, sedangkan Jepang mengimpor hampir setengah dari makanan yang di konsumsi oleh penduduknya. Sebaliknya, negara-negara berkembang sangat membutukan teknologi yang dikembangkan dan dihasilkan oleh negara-negara industri. Dalam jangka panjang, pola perdagangan internasional ditentukan oleh prinsip-prinsip keunggulan komparatif.




Pengaruh perdagangan internasional

Pengaruh perdagangan internasional terasa pada harga, pendapatan nasional, dan tingkat kesempatan kerja negara-negara yang terlibat dalam perdagangan internasional tersebut. Ekspor akan meningkatkan permintaan masyarakat, yaitu jumlah barang dan jasa yang diinginkan masyarakat di dalam negeri. Sebaliknya, impor akan menurunkan permintaan masyarakat di dalam negeri. Permintaan masyarakat akan memengaruhi kesempatan kerja dan pendapatan nasional, dan di antara lain akan tergantung pada besarnya ekspor neto, yaitu selisih antara ekspor dan impor. Bila ekspor neto positif, berarti ekspor lebih besar daripada impor, kesempatan kerja dan pendapatan nasional cenderung akan naik. Besarnya ekspor neto sangat ditentukan oleh nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan. Misalnya, nilai rupiah turun dibandingkan dengan dolar AS, harga barang ekspor dari Indonesia relatif akan lebih murah di AS, sehingga ekspor akan cenderung meningkat. Sebaliknya, harga barang-barang dari AS relatif menjadi mahal sehingga impor akan akan cenderung menurun. Dengan demikian, penurunan nilai kurs mata uang sendiri akan cenderung meningkatkan ekspor neto, demikian pula sebaliknya. Jadi, kegiatan serta kejadian internasional akan memengaruhi ekonomi dalam negeri, melalui pengaruh nilai kurs mata uang pada impor, ekspor, dan akhirnya permintaan masyarakat.My Dospl Perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat di bidang ekonomi saja. Manfaatnyadi bidang lain pada masa globalisasi ini juga semakin terasa. Bidang itu antara lain politik,sosial, dan pertahanan keamanan. Di bidang ekonomi, perdagangan internasional dilakukan semua negara untuk memenuhikebutuhan rakyatnya. Negara dapat diibaratkan manusia, tidak ada manusia yang bisahidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Begitu juga dengan negara, tidak ada negara yangbisa bertahan tanpa kerja sama dengan negara lain. Negara yang dahulu menutup diri dariperdagangan internasional, sekarang sudah membuka pasarnya. Misalnya, Rusia, China, danVietnam. Perdagangan internasional juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahanpangan dunia sangat tinggi. Negara-negara penghasil beras berupaya untuk dapatmengekspornya. Di samping memperoleh keuntungan, ekspor di sini juga berfungsi secarasosial. Jika krisis pangan dunia terjadi, maka bisa berakibat pada krisis ekonomi. Akibatberantainya akan melanda ke semua negara. Pada era globalisasi ini banyak muncul perusahaan multi nasional. Perusahaan sepertiini sahamnya dimiliki oleh beberapa orang dari beberapa negara. Misalnya, saham telkomseldimiliki oleh beberapa orang dari Indonesia dan Singapura. Perusahaan multi nasional sepertiini dapat mempererat hubungan sosial antar bangsa. Di dalamnya banyak orang dari berbagainegara saling bekerja sama. Maka terjadilah persabatan di antara mereka. Perdagangan internasional juga bermanfaat di bidang politik. Perdagangan antar negarabisa mempererat hubungan politik antar negara. Sebaliknya, hubungan politik juga bisamempererat hubungan dagang. Perdagangan internasional juga berfungsi untuk pertahanan keamanan. Misalnya, suatunegara nonnuklir mau mengembangkan senjata nuklir. Negara ini dapat ditekan dengandikenai sanksi ekonomi. Artinya, negara lain tidak diperbolehkan menjalin hubungan dagangdengan negara tersebut. Biasanya upaya seperti ini harus dengan persetujuan PBB. Hal inidilakukan demi terciptanya keamanan dunia. Perdagangan internasional juga terkait dengan pertahanan suatu negara. Setiap negaratentu membutuhkan senjata untuk mempertahankan wilayahnya. Padahal, tidak semua negaramampu memproduksi senjata. Maka diperlukan impor senjata. Untuk mencegah perdagangan barang-barang yang membahayakan, diperlukan kerjasama internasional. Barang yang membahayakan tersebut misalnya senjata gelap, obat-obatanterlarang, hewan langka, ternak yang membawa penyakit menular, dsb. Untuk kepentinganinilah pemerintah semua negara memiliki bea cukai. Instansi ini dibentuk pemerintahsuatu negara untuk memeriksa barang-barang dan bagasi ketika memasuki suatu negara.Pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat apakah pajaknya telah dibayar. Pemeriksaan jugauntuk mengecek barang-barang tersebut barang selundupan ataupun barang terlarang atautidak. Cara yang digunakan dalam pemeriksaan antara lain dengan melihat dokumen barang,menggunakan detektor barang berbahaya, atau menggunakan anjing pelacak.

Pengaruh pasar kredit internasional

Pengaruh ini terasa pada ekonomi dalam negeri. Bank-bank serta perusahaan-perusahaan besar dan perorangan dapat meminjamkan uangnya di dalam negeri maupun luar negeri, tergantung mana yang lebih menguntungkan. Keuntungan ini tergantung dari tingginya tingkat bunga yang ditawarkan oleh masing-masing negara. Bila di AS lebih tinggi tingkat bunganya, misalnya, maka dana akan mengalir banyak ke AS, begitu pula sebaliknya. Tetapi, mengalirnya banyak dana ke AS akan mengakibatkan penawaran kredit menjadi meningkat, dan hal ini akan menurunkan kembali tingkat bunga disana. Demikian seterusnya sehingga dicapai suau tingkat bunga yang dapat mempertahankan keseimbangan.


DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PERDAGANGAN LUAR NEGERI INDONESIA

PDF

Cetak




Senin, 27 April 2009




Setelah sempat mengguncang pasar modal dan valas Indonesia, agaknya krisis keuangan global kini mulai berdampak pada sektor perdagangan luar negeri Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan data yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal Maret 2009 yang menunjukkan adanya penurunan ekspor dan impor.


  • Nilai ekspor Indonesia Januari 2009 mencapai USD 7,15 miliar, turun 17,70 persen dibanding Desember 2008. Sementara jika dibanding Januari 2008 juga mengalami penurunan sebesar 36,08 persen. Nilai ekspor nonmigas pada Januari 2009 mencapai USD 6,21 miliar, turun 16,67 persen dibandingkan dengan Desember 2008, atau turun 30,64 persen dibandingkan dengan Januari 2008.
  • Menurut sektor, ekspor hasil pertanian periode Januari 2009 turun 8,24 persen, ekspor hasil industri turun 35,52 persen, ekspor tambang dan lainnya juga turun 1,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2008.
  • Nilai impor Indonesia Januari 2009 mencapai USD 6,34 miliar, turun 17,63 persen dibanding Desember 2008. Jika dibandingkan dengan Januari 2008, nilainya turun sebesar USD 3,27 miliar (33,99 persen).

FAKTOR PENYEBAB
Ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya nilai ekspor pada Januari 2009. Pertama, nilai ekspor migas Indonesia turun 23,85 persen. Nilai ekspor migas pada Desember 2008 mencapai USD 1,243 miliar, sedangkan pada Januari 2009 hanya USD 947,1 juta. Turunnya ekspor migas Indonesia dipicu oleh penurunan ekspor minyak mentah sebesar 18,05 persen, ekspor hasil minyak turun sebesar 26,31 persen, dan ekspor gas turun sebesar 27,32 persen.

Data perdagangan juga menunjukkan bahwa harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia naik dari USD 38,45 per barel pada Desember 2008 menjadi USD 41,89 per barel pada Januari 2009. Dengan kata lain, menurunnya nilai ekspor minyak dan hasil minyak, lebih disebabkan menurunnya produksi, bukan karena faktor harga.

Faktor kedua, adalah anjloknya nilai ekspor nonmigas Indonesia sebesar 16,67 persen. Nilai ekspor nonmigas Indonesia pada Desember 2008 sebesar USD 7,448 miliar merosot menjadi USD 6,206 miliar pada Januari 2009.

Jika dilihat dari jenis komoditi, proporsi terbesar penurunan ini disumbangkan oleh kelompok barang bahan bakar mineral, yaitu 15,45 persen. Selanjutnya diikuti oleh mesin/peralatan listrik sebesar 13,58 persen, mesin-mesin/pesawat mekanik sebesar 7,09 persen, karet dan barang dari karet sebesar 6,14 persen, serta lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 5,52 persen.

Namun berdasarkan kondisi perdagangan yang terjadi selama Januari 2009, perdagangan luar negeri Indonesia masih surplus sebesar USD 810 juta.

Melemahnya kinerja perdagangan luar negeri Indonesia dapat dilihat dari berbagai indikator. Dilihat dari negara tujuan ekspor, penurunan terbesar permintaan barang ekspor nonmigas Indonesia berasal dari penurunan permintaan dari Jepang sebesar 17,66 persen. Diikuti penurunan permintaan dari Taiwan sebesar 11 persen, Amerika Serikat (AS) 10,85 persen, Singapura 9 persen, dan Korea Selatan 8,86 persen (BPS 2009).

Data Ekspor Impor Indonesia yang dipublikasikan Departemen Perdagangan juga menunjukkan penurunan pada akhir tahun 2008. Misalnya, total ekspor Indonesia turun dari USD 12.818,40 juta pada Juni 2008 menjadi USD 10.789,90 pada Oktober dan turun lagi menjadi USD 9.665,70 pada November 2008. Demikian juga dengan total impor yang turun dari USD 12.110,50 pada Juni 2008 menjadi USD 10.732,50 pada Oktober dan turun lagi menjadi 9.081,40 pada November 2008.

Data yang dipublikasikan oleh Departemen Keuangan juga menunjukkan hal yang sama. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan bahwa selama kurun waktu Januari sampai September 2008, angka ekspor dan impor relatif stabil di angka USD 11,5 miliar dan impor di angka USD 9,5 miliar. Mulai Oktober, dampak krisis global mulai terasa dampaknya pada ekspor dan impor. Pada Januari 2009, penurunan ekspor nonmigas ke Jepang turun sebesar USD 219,3 juta, Taiwan sebesar USD 137,6 juta, Amerika Serikat sebesar USD 134,7 juta, Singapura sebesar USD 112,2 juta, Korea Selatan sebesar 110,0 juta, Malaysia sebesar 74,4 juta, Thailand sebesar USD 19,4 juta, dan Australia sebesar USD 16,7 juta (Tempointeraktif.com, 27/1/2009).

Penurunan perdagangan luar negeri Indonesia erat kaitannya dengan krisis ekonomi yang melanda negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Misalnya penurunan kinerja ekonomi secara signifikat dialami Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan Asia Timur lainnya pada kuartal I - 2009. Di Amerika Serikat, Industrial production turun dari sekitar 77 persen pada tahun 2008 menjadi sekitar 70 persen pada kuartal I-2009, dan capacity utilization turun dari sekitar 80 persen pada tahun 2008 menjadi sekitar 70 persen pada kuartal I-2009. Di Jepang, Industrial production turun dari sekitar 95 persen pada tahun 2008 menjadi sekitar 67 persen pada kuartal I-2009, dan capacity utilization turun dari sekitar 105 persen pada tahun 2008 menjadi sekitar 65 persen pada kuartal I-2009. Pertumbuhan ekspor negara-negara Asia turun dari 20 sampai 40 persen (yoy) pada semester I - 2008 menjadi minus 14 sampai minus 40 persen (yoy) pada awal 2009. Demikian juga halnya dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia di penghujung tahun 2008 yang semuanya menurun, bahkan beberapa negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang minus seperti Jepang, Singapore, Malaysia dan Thailand (www.bloomberg, 2009).

Menghadapi krisis tersebut, hampir seluruh Pemerintah negara di dunia, termasuk Pemerintah Indonesia, sudah mengumumkan paket-paket stimulus ratusan miliar dolar AS untuk menggerakkan perekonomian negaranya masing-masing. Bank-bank sentral juga sudah menurunkan suku bunga acuan untuk mempermudah likuiditas bagi dunia usaha. Namun pengamat ekonomi mengingatkan bahwa stimulus mungkin bisa membantu meminimalkan dampak krisis keuangan, tapi tak berarti persoalan selesai. Masih dibutuhkan langkah-langkah selanjutnya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sampai saat ini, langkah-langkah yang sudah diambil Pemerintah di berbagai negara ternyata belum menunjukkan hasil yang signifikan.

Sehubungan dengan terjadinya krisis global dan turunnya kinerja perdagangan luar negeri Indonesia, Presiden SBY menegaskan bawah ekspor tetap perlu tetapi penguatan ekonomi domestik sangatlah penting terutama sebagai pengamanan di dalam negeri jika terjadi gejolak perekonomian global. Dengan kata lain, penguatan ekonomi domestik perlu dilakukan supaya perekonomian lokal tidak terlalu rentan dalam mengatasi krisis perekonomian global, seperti yang sekarang sedang dialami yaitu krisis keuangan global. Jadi intinya adalah ketika dunia mengalami krisis dan ada gonjang-ganjing, kita masih bisa hidup dengan kekuatan ekonomi domestik kita sendiri.

Selanjutnya, untuk merespon buruknya kinerja ekspor Indonesia, pemerintah melalui Departemen Perdagangan telah mengeluarkan aturan penyempurnaan mengenai ketentuan ekspor barang yang wajib mengunakan Letter of Credit (L/C). Langkah ini dilakukan pemerintah guna meringankan kesulitan yang dihadapi eksportir kecil dan menengah dalam memenuhi persyaratan L/C.

Ada tiga penyempurnaan yang dilakukan. Pertama, penerapan wajib L/C hanya untuk produk pertambangan, timah, dan CPO. Wajib L/C untuk tiga hal itu dikenakan kepada ekspor di atas USD 1 juta mulai 1 April 2009, yaitu kepada eksportir skala besar.

Kedua, mengingat nilai ekspor sejumlah komoditi, seperti karet, kakao dan kopi, terus menurun, maka instansi terkait melakukan evaluasi dan persiapan langkah-langkah untuk penerapan wajib L/C dengan penangguhan kewajiban dimaksud sampai 31 Agustus 2009.

Ketiga, agar tujuan utama dari pengaturan ini tetap tercapai, yaitu kelancaran arus devisa dari ekspor, maka wajib lapor tetap akan diterapkan untuk semua komoditi yang diatur.

Kamar Dagang Indonesia (Kadin) juga telah menyiapkan dua langkah antisipasi terhadap lesunya pasar ekspor 2009 sebagai dampak krisis global. Langkah pertama adalah memperkuat produk domestik, dan memperketat impor barang konsumsi. Sedangkan langkah kedua, dengan mencari pasar baru.

Selain langkah-langkah yang sudah diambil oleh pemerintah, ada juga dua strategi yang dapat diterapkan guna mengatasi turunnya kinerja ekspor Indonesia. Dua strategi tersebut adalah, pertama, mengembangkan sektor manufaktur yang memiliki daya saing tinggi. Kedua, restrukturisasi industri secara terencana menuju industri yang produktivitas dan nilai tambahnya tinggi.

( Ibnu Purna / Hamidi / Triana )

0 komentar:

Posting Komentar